Kelender Liturgi

Sabtu, 20 Agustus 2016

KURSUS EVANGELISASI PRIBADI (KEP) UMUM ANGKATAN X DAN OMK ANGKATAN VII TAHUN 2016 DI PAROKI KRISTUS RAJA, SERANG


Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) Merupakan kegiatan melatih diri untuk menyampaikan khabar sukacita. Tujuannya adalah menjalin relasi dengan Tuhan yang hidup dan menyelamatkan. Ketika relasi dengan Tuhan terjalin maka ia akan menemukan kerajaan Allah dan keselamatan yang terjadi buat dirinya melalui pengalaman dan pergumulan hidupnya sehingga ia mampu menyampaikan pergumulan hidupnya ini bersama Tuhan yg dicintainya. Kata “pribadi” bermaksud menerangkan bahwa Kursus ini ingin mempersiapkan para peserta untuk menjadi orang yang pertama-tama mengalami diri pribadinya DIINJILI terlebih dahulu oleh Yesus sendiri dan kemudian pada gilirannya disemangati oleh Roh Kudus mau diutus untuk membagi Kabar Baik dengan sesama secara “person to person” atau “ face to face”, bukan untuk menjadi guru agama atau pewarta mimbar. Penyelengaraan KEP di Paroki Kristus Raja, Serang adalah sejak tahun 2007, dan akan memasuki angkatan ke-10 dan OMK angkatan ke-7 ditahun 2016 ini.

.Jadwal Pengajaran KEP di Paroki Kristus Raja-Serang diatur sebagai berikut: Kursus diadakan setiap Rabu dan Sabtu, pukul 19.00–21.30 (KEP Umum) dan setiap Minggu pukul 10.30-14.30 (OMK) selama 4 bulan dan ditutup dengan Retret pengutusan pada 16-18 Desember 2016. Tempat pelaksanaan Kursus adalah di Gereja Kristus Raja untuk peserta dari Serang dan OMK serta di Gedung Serba Guna St. Mikael-Cilegon untuk peserta dari Cilegon.  Guru-guru yang mengajar adalah guru yang ditunjuk dan ditugasi oleh Shekinah ataupun gereja untuk mengajar suatu pokok pelajaran tertentu kepada setiap peserta kursus yang telah mendaftar untuk menjadi peserta melalui pendaftaran yang telah diadakan oleh panitia pelaksana. Sebagai gambaran bahwa jumlah kepesertaan KEP angkatan ke-10 dan OMK angkatan ke-7 berjumlah 85 peserta.

KEP angkatan ke-10 dan OMK angkatan ke-7 Paroki Kristus Raja,Serang telah dilaksanakan pada 11 Agustus 2016 pukul 19.00 WIB di Aula Alexander yang diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RD. St. M. Sumardiyo Adipranoto, yang juga merupakan pastor Paroki Gereja Kristus Raja-Serang dengan mengambil tema “Mohon Pendampingan Roh Kudus.

Mengawali homilinya romo Sumardiyo mengutip perkataan dari Yesus sendiri yaitu “Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu”. Ini berarti bahwa kehadiran peserta Kursus Evangelisasi Pribadi bukan kehendak pribadi semata tetapi justru Tuhanlah yang menghendakinya sehingga bisa mengambil bagian dalam kegiatan KEP.

Bacaan I (2 Tim. 4:1-8), kita disadarkan akan panggilan dan tugas perutusan kita dimana Kristus Yesus akan menjadi hakim. Pelayanan yang kita lakukan bukan semata untuk menyenangkan sesama kita dan mencari pujian atau popularitas, tetapi bermaksud untuk memuliahkan Tuhan secara sunggug-sungguh dengan melakukan pelayanan dan pewartaan Injil.

Dalam mewartakan khabar baik, tentunya tidak terlepas dari keritikan–keritikan. Hal ini jangan membuat kita menjadi patah semangat tetapi sebaliknya membuat kita semakin menyadari akan kekurangan dan kelemahan pribadi masing-masing dan memacu kita untuk  bangkit mewujudkan apa yang menjadi harapan masyarakat.

Romo Sumardiyo kembali mengajak peserta untuk merenungkan bacaan Kitab Suci yang baru saja didengar dengan;
  1. Melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan,
  2. Senantiasa memberitakan Firman Allah,
  3. Kesiapan untuk berkorban,
  4. Bertahan sampai akhir.

Selain itu peserta diingatkan kembali untul menghindari beberapa hal yang penghambat dalam melakukan pelayanan yaitu: tidak memiliki visi yang jelas, tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan serta melayani dengan keterpaksaan.

Mengakhiri homilinya romo Sumardiyo mengajak semua peserta untuk membangun semangat kebersamaan, komitmen hidup pribadi dan komitmen bersama supaya kerajaan  Allah sungguh-sungguh hadir di Paroki Kristus Raja, wilayah atau  stasi dan lingkungan sampai ke keluarga kita masing-masing.


Setelah pelaksanaan Ekaristi acara dilanjutkan dengan Kuliah Umum yang dibawahkan oleh Romo Sumardiyo.


By. Komsos Paroki KRS

Sabtu, 13 Agustus 2016

Seminar Liturgi “Mendalami Perayaan Ekaristi” Paroki Kristus Raja, Serang

Beberapa waktu yang lalu, perwakilan dari bidang liturgi DPP Paroki Kristus Raja – Serang mengikuti Kursus Liturgi yang diadakan oleh Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia (ILSKI) bekerja sama dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Sebagai tindak lanjutnya, Seksi Liturgi Ekaristi – Bidang Liturgi DPP paroki ini kemudian menyelenggarakan Seminar Liturgi dengan tema “Mendalami Perayaan Ekaristi” yang bertempat di Gedung Alexander, Paroki Kristus Raja-Serang, pada Minggu, 7 Agustus 2016, mulai pukul 10.30 hingga selesai. Seminar yang dihelat oleh Bidang Liturgi dengan melibatkan Orang Muda Katolik (OMK) Paroki dalam kepanitiaannya ini menghadirkan Romo Riston Situmorang, OSC. sebagai pembicara tunggal dalam kapasitasnya sebagai Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Bandung sekaligus anggota Komisi Liturgi KWI.

Seminar kali ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai lingkungan dan kelompok kategorial yang ada dalam cakupan Paroki Kristus Raja – Serang yang secara geografis terletak di ujung barat Pulau Jawa. Hal ini sesuai dengan visi Keuskupan Bogor untuk menjadi ‘communio’ dari aneka komunitas basis yang beriman mendalam serta misi keuskupan ini untuk menghadirkan Kerajaan Allah, dengan mengabdikan diri secara aktif dalam meningkatkan keimanan dan martabat manusia melalui pemberdayaan semua potensi. Harapan utama tentunya output dari seminar dapat dinikmati dan diaplikasikan dalam pelayanan dan pelaksanaan liturgi ekaristi di paroki.
Setelah dibuka dengan doa, saudara Fransiscus Asisi Himawan (Sie Liturgi dan Ekaristi Paroki), bertindak sebagai moderator dengan membuka sesi sharing situasi terkini dari pelaksanaan liturgi Ekaristi di Paroki Kristus Raja – Serang. Beberapa peserta seminar menanggapi dengan mengungkapkan ulasan dan keluhan dalam pelaksanaan liturgi ekaristi selama ini. Isi sharing cukup beragam, mulai dari persiapan pelayanan sebagai petugas liturgi,  keseragaman tata gerak, tata letak,  dan tata liturgi, hingga pemilihan lagu untuk perayaan liturgi ekaristi yang masih menjadi simpang siur di kalangan umat. Hal ini rasanya sangat tepat  sebagai umpan dan pembuka dalam pembahasan “Liturgi Perayaan Ekaristi” yang menjadi judul utama dalam presentasi Romo Riston pada saat dipersilakan untuk memberikan tanggapan.

Romo muda yang cerdas dan energik ini menanggapi dengan  sedikit perkenalan sekaligus pengalamannya menjadi komisi liturgi. Banyaknya tantangan bahkan bagaimana pandangan umat atau dari pelayan umat (imam) lainnya tentang susahnya berurusan dengan dirinya sebagai seksi liturgi. Sebagai orang muda, dengan idealisme tinggi, beliau sadar bahwa menegakkan liturgi tidak hanya berpegang pada kebenaran namun juga kebijaksanaan. Sebuah pancingan menarik dari beliau adalah tentang apa yang akan kita cari dalam liturgi? Menurut beliau bukan hanya benar atau salah justru bagaimana kita menggali inti dan makna yang terkandung dalam liturgi Ekaristi itu sendiri. Sehingga perlu persiapan batin saat mengikuti perayaan ekaristi baik sebagai umat maupun petugas liturgi sehingga mempu mengikuti semua ritus dalam perayaan ekaristi.
Dengan gaya bertuturnya yang lugas, cepat, dan apa adanya, Romo Riston mulai menjelaskan berbagai hal mengenai Liturgi Perayaan Ekaristi. Beliau mengawali dengan tiga pilar sebagai panduan Liturgi Katolik yaitu Kitab Suci, Tradisi Gereja, dan Magisterium serta prinsip Unitas dan Universal yang seharusnya menjamin keseragaman dalam pelaksanaan Liturgi Ekaristi. Beberapa hal dikupas juga mulai dari tingkatan doa hingga puncaknya pada dinamika  menuju puncak perayaan ekaristi yang terdiri dari Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi, dan Ritus Penutup yang secara keseluruhan mencakup 42 ritus. Sesekali Romo menyelipkan candaan untuk menyegarkan suasana, misalnya bagaimana tak jarang beliau harus beradu argumen dengan para senior bahkan menikmati kemarahan umat ketika meluruskan tata liturgi ekaristi di salah satu paroki.
Pada saat masuk sesi tanya jawab, ternyata antusias dari peserta tidak memudar. Hal ini terbukti dalam banyaknya pertanyaan yang terlontar dalam seminar yang juga dihadiri RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto (Romo Paroki), didampingi Romo Thomas, Romo Edwin, dan Romo Berto ini. Apabila ditarik satu benang merah, tersirat bagaimana umat  menginginkan adanya keseragaman dalam  perayaan liturgi ekaristi baik di gereja paroki, stasi, maupun di lingkungan bisa berjalan dengan baik meski dalam berbagai kondisi dan dengan siapapun imamnya. Namun Romo Riston sangat piawai dalam menetralisir situasi dengan mengatakan bahwa bukan benar dan salah melainkan bagaimana liturgi Ekaristi bisa memenuhi syarat dan hakikatnya sebagai suatu tindakan bersama, simbolis, sakral, dan resmi. Peserta diajak untuk lebih bijak  dan memahami Ekaristi dengan lebih baik lagi, bukan menjadi farisi-farisi liturgi yang hanya memperhatikan kesalahan-kesalahan dalam liturgi. Beliau memberikan beberapa contoh kesalahan dalam liturgi yang seyogyanya dapat diatasi dalam lingkup akademis ataupun katekese dengan melibatkan seluruh perangkat gereja dan perwakilan umat.

Ajakan Romo Riston di ujung sesi tanya jawab, diamini oleh Romo Thomas dalam doa penutup yang sekaligus mengemukakan idiom “membiasakan yang benar bukan membenarkan yang sudah biasa”. Secara garis besar, seminar liturgi kali ini sukses dengan antusias peserta dan bagaimana seminar berjalan dengan dinamis. Ke depannya menurut panitia akan ditindaklanjuti dengan program kerja seminar Musik Liturgi yang akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan umat akan liturgi ekaristi.
Terima kasih Romo Riston, Romo Mardi dan segenap Romo di Paroki Kristus Raja - Serang
Terima kasih dan proficiat untuk Bidang Liturgi & Ekaristi beserta OMK Paroki Kristus Raja – Serang atas kelancaran dan keberhasilan penyelenggaraan Seminar Liturgi ini.
Terima kasih kepada para peserta seminar dan umat paroki pada umumnya yang turut menjadi bagian dalam seminar ini.
Sampai jumpa di seminar Liturgi selanjutnya.
  


Senin, 04 Juli 2016

SOSIALISASI “MSI” (MANAJEMEN SISTIM INFORMATIKA) KEUSKUPAN BOGOR DI PAROKI KRISTUS RAJA, SERANG


 Menindaklanjuti harapan Bapak Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM. yang disampaikan pada  Pebruari yang lalu bahwa Keuskupan Bogor harus memiliki sebuah sistim pengelolaan umat yang seragam  untuk semua Paroki di Keuskupan, maka pada hari ini, Minggu 03 Juli 2016 RD. Yustinus Monang Damanik (Sekretaris Keuskupan Bogor) bersama bapak Melling Situmorang berkesempatan melakukan sosialisasi “MSI” (Manajemen Sistim Informatika) di Paroki Kristus Raja-Serang dan merupakan Paroki yang ke- 19 dalam pelaksanaan sosialisasi ini. Hal ini tentunya menjadi  kebutuhan jaman sekarang bahwa kita harus  memiliki data umat dalam suatu sistim di Keuskupan maupun di Paroki. Turut hadir dalam sosialisasi ini adalah KOMSOS Paroki, Sekretaris Paroki, perwakilan Dewan Pastoral Paroki (DPP), perwakilan Orang Muda Katolik (OMK) serta RD. Thomas Gregorius Slamet Riyadi.


Pada kesempatan itu bapak Melling Situmorang menjelaskan bahwa aplikasi ini sudah dibuat dan dinamakan “SIFORMAT” (Sistim Informasi Umat) yaitu aplikasi berbasis WEB yang dikembangkan untuk membantu pengelolaan data Kartu Keluarga (KK) Katolik secara elektronik.
SIFORMAT masih terbatas pada informasi Kartu Keluarga dan belum sampai pada sosial   Ekonomi dan tentunya sekarang sudah menjadi sistim resmi keuskupan Bogor untuk pengelolaan data dan informasi kartu keluarga Katolik.

Manfaat dari SIFORMAT adalah
  1. Pengelolaan data dan informasi kartu keluarga lebih cepat, efektif dan efisien, 
  2. Pengajian laporan statistic umat lebih akurat,
  3. Data informasi seputar kartu keluarga sangat terbuka lebar dikembangkan untuk keperluan-keperluan pengembangan umat yang berbasiskan data dan informasi,
  4. Dapat dijadikan acuan dalam perencanaan program-program Keuskupan, Paroki, Wilayah sampai dengan  Lingkungan,
  5. Bapa Uskup, Romo, Pengurus Paroki sampai dengan Wilayah dapat mengakses informasi kapan saja dan dimana saja. 

Informasi tersebut tentunya  bisa dijadikan acuan didalam program baik di Keuskupan, Paroki, Wilayah maupun Lingkungan.  Sebagai contoh bahwa jika pada  sebuah wilayah jumlah lansia nya 40% maka Romo pendampingnya harus tahu, kira-kira program apa yang cocok untuk umat pada Wilayah tersebut. Artinya sebelum mendampingi umat di Wilayah, Romo harus sudah mengetahui  program apa yang cocok untuk Wilayah tersebut.
Persiapan yang dilakukan Paroki untuk menjalankan sistim ini adalah membentuk satuan gugus kerja “MSI” (Manajemen Sistim Informatika) dengan tugas utamanya adalah menghimpun data Kartu Keluarga dari Wilayah atau Lingkungan, melakukan verifikasi keabsahan format data serta bekerja sama dengan “MSI” Keuskupan Bogor untuk proses transaksi data.

Lebih jauh bapak Melling Situmorang menjelaskan bahwa yang dilakukan oleh Paroki untuk program ini adalah mempersiapan informasi dasar yaitu pengisian data pada file template Exel  yang diperoleh dari MSI Keuskupan Bogor dengan cara pengumpulan data, Upload data, verifikasi & Update serta penggunaan harian dan maintenance. 


Tentunya SIFORMAT ini tidak diakses oleh semua orang  tetapi hanya terbatas pada :
  1. Pastor Paroki,
  2. MSI Paroki (bertanggung jawab penuh dalam pengolahan data dan informasi umat di paroki, mencetak kartu keluarga setiap kali ada perubahan data pada KK serta menyajikan laporan berkala kepada Pastor Paroki),
  3. Ketua atau sekretaris Wilayah (hanya bersifat view only dan hanya dapat mengakses data wilayahnya saja),
  4. Ketua atau sekretaris Lingkungan (melakukan pengecekan  prasyarat pembuatan KK, melakukan entri data KK secara langsung ke system serta melakukan update data umat Lingkungannya sendiri sesuai keperluan)

Untuk mempercepat pengolahan data ini maka dibentuklah Satuan Pengurus Kerja (MSI Paroki) yang beranggotakan 13 orang dan terdiri dari KOMSOS Paroki, Sekretaris Paroki, perwakilan Dewan Pastoral Paroki (DPP) serta perwakilan Orang Muda Katolik (OMK).

Mari Kita bersama-sama mengsukseskan Program ini


By. Komsos Paroki KRS

Jumat, 01 Juli 2016

Pemberkatan Biara FMM Serang dan Ulang Tahun Imamat RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto


Sesuai dengan agenda Keuskupan Bogor, pada  Selasa, 28 Juni 2016, Bapa Uskup Mgr. Paskalis Bruno Syukur, O.F.M. berkenan hadir di Serang untuk memberkati Rumah Biara Tarekat FMM yang baru. Dalam kesempatan ini, beberapa Romo dari Keuskupan Bogor turut hadir menemani Bapa Uskup di antaranya RD. F.X. Suyana (Ketua Yayasan Mardi Yuana), RD. Yustinus Monang Damanik (Sekretaris Keuskupan Bogor), dan RD. Stefanus Sri Haryono Putro (Ekonom Keuskupan Bogor). Bertindak sebagai tuan rumah adalah RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto (Romo Paroki), didampingi RD. Thomas Gregorius Slamet Riyadi, RD. Stefanus Edwin Ticoalu, dan Suster Maria Ona Kerans, F.M.M. (Provinsial FMM Regio Indonesia) beserta segenap suster tarekat FMM (Fransiskus Misionaris Maria).

Rangkaian acara diawali dengan misa kudus yang dipersembahkan oleh Bapa Uskup sebagai selebran utama didampingi Romo Mardi, Romo Yono, Romo Thomas, dan Romo Edwin sebagai konselebran. Misa ini diikuti oleh segenap suster FMM dan umat Paroki Kristus Raja- Serang yang juga turut diundang hadir dalam acara pemberkatan biara baru yang sekaligus memperingati 76 tahun tarekat FMM berkarya di Serang. Dalam homilinya Bapa Uskup mengucapkan terima kasih atas komitmen tarekat ini dalam menjalankan misi pelayanannya di tanah Banten. Rumah biara baru yang megah dan kokoh diibaratkan beliau sebagai pengingat segenap penghuninya untuk melebur bersama umat dan masyarakat serta memiliki semangat yang teguh dalam karya pelayanannya.


Ada tiga poin penting yang Bapa Uskup tekankan dalam homilinya:
1.       Tarekat FMM dan juga kaum religius harus mengingat himbauan Paus Fransiskus dalam tahun Hidup Bakti agar semua rohaniwan dan rohaniwati setia dalam baptisan, tarekat, dan kaul kekalnya. Dengan setia maka segenap kaum religius diharapkan mampu membangun persekutuan dalam gereja dan persaudaraan di tengah masyarakat untuk membangunkan dunia.
2.       Peneguhan niat segenap suster tarekat FMM dalam menantikan kepenuhan keselamatan Tuhan.
Hal ini mengandung pesan agar segenap suster memiliki pengharapan dan penantian akan Tuhan selama menjalani panggilan hidupnya sehingga tidak mengalami kehampaan dalam pelayanannya.
3.       Relasi dengan Tuhan harus dibangun terus menerus dalam setiap pengalaman hidup karena Dia hadir dalam situasi apapun di kehidupan kita. Hendaknya hal ini kita sadari dan menjadi pegangan hidup sehingga kita tidak perlu takut.


Setelah homili, selebran utama dan konselebran memberkati setiap ruangan rumah biara yang baru didampingi para suster penghuni biara. Sebagaimana diutarakan dalam homilinya, semoga rumah ini menjadi tempat penuh berkat bagi penghuninya yang selanjutnya akan disebarkan dalam semangat kasih pelayanan di tengah umat dan masyarakat. Sebelum berkat penutup, disampaikan beberapa sambutan dari perwakilan umat dan suster yang hadir. Dari sisi umat diwakili oleh bapak Yudi Lukman selaku ketua pengawas pembangunan dan bapak Iwan Wirawan sebagai ketua pembangunan biara. Diuraikan dalam sambutannya bagaimana suka duka dan tantangan yang berliku dalam pembangunan biara ini sekaligus harapan agar biara St. Adolphine ini sesuai dengan keinginan dan menjadi berkat bagi para penghuninya. Sambutan berikutnya dari Romo Mardi selaku Romo Paroki yang mengharapkan dukungan para suster untuk tetap menjalin koordinasi dan kerja sama yang harmonis dalam pelayanan. Beliau menceritakan bagaimana pengalaman beliau dalam merintis karya pelayanannya di paroki ini sewaktu masih menjadi Frater bersama para suster FMM. Sambutan terakhir adalah dari Suster Ona selaku Provinsial FMM Regio Indonesia yang menceritakan kisah perjalanan karya tarekat FMM di Serang. Tersirat bagaimana misi awal tarekat FMM yaitu berkarya di dunia pendidikan sekarang beralih menjadi misi karya untuk membantu gereja lokal di bidang pendidikan, sosial, dan pastoral paroki. Setelah berkat penutup acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan malam bersama.


Akan tetapi suka cita Tuhan rupanya tidak hanya hadir melalui pemberkatan Biara St. Adolphine  ini saja. Hal ini dikarenakan setelah acara maka Bapa Uskup bersama para romo dan umat juga bergegas menuju ke Gereja Kristus Raja-Serang untuk menghadiri Peringatan Ulang Tahun Imamat ke-29 RD. Stefanus Maria Sumardiyo  Adipranoto. Acara diadakan di Aula Alexander yang dihadiri oleh perwakilan umat dari lingkup pengurus DPP-DKP, Ketua Lingkungan dan Kategorial, serta segenap undangan. Konsep acara dibuat santai berupa Talk Show dengan dipandu MC dari perwakilan DPP. Talk Show kali ini menghadirkan nara sumber Bapa Uskup, Romo Thomas, Romo Edwin, dan bapak Renaldus Priastian Khiat (Wakil DPP). Dalam sesi ini dikupas beberapa kesan para Romo dan Wakil DPP terhadap Romo Mardi selama bekerja sama dalam pelayanan yang diselingi beberapa kisah unik dan lucu bahkan keseharian beliau. Salah satunya dari Bapa Uskup yang mengenal Romo Mardi sebagai romo yang bersemangat dengan suara yang berapi-api dan berjiwa muda sedari awal perjumpaannya di Italia.


Perwakilan DPP-DKP tidak mau ketinggalan dengan mempersembahkan lagu kesayangan Romo Mardi yaitu “Nderek Dewi Maria” dan juga acara tiup lilin dan potong kue ulang tahun. Potongan pertama kue diberikan beliau kepada Mgr. Paskalis selaku tanda kasih dan setia terhadap tugas perutusan yang diberikan. Banyak doa teriring untuk Romo Paroki Kristus Raja – Serang yang beliau sebut sebagai Paroki Asmara Cinta dalam pelayanan pastoralnya (Anyer, Serang, Merak, perbatasan Paroki Rangkasbitung Cilegon, Ciruas, Cikande, dan perbatasan dengan Tangerang). Satu diantaranya adalah dari adik tercinta beliau yang turut hadir dalam acara ini, agar Romo Mardi semakin setia dan teguh dalam pelayanan dan dilingkupi berkat Tuhan dalam setiap karya pastoral yang dijalankan.


Selamat atas pemberkatan Biara St. Adolphine – Tarekat FMM di Serang,
semoga menjadi rumah berkat untuk penghuni dan umat yang dilayani.

Selamat Ulang Tahun Imamat ke-29 untuk Romo Mardi,
semoga senantiasa setia dalam panggilan, selalu bersemangat, dan bijak dalam pelayanan.


(sie komsos Paroki GKRS)



Senin, 13 Juni 2016

MISA PERDANA RD. ALFONSUS SOMBOLINGGI DI PAROKI KRISTUS RAJA-SERANG


Misa Perdana merupakan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh para romo yang baru saja ditahbiskan. Sebagaimana sudah menjadi 'Adat' para Tahbisan mengadakan Misa Perdana di tempat yang pernah menjadi tempat bertugas saat menjalani Tahun Orientasi Pastoral, maka Minggu 05 Juni pukul 08.30 diadakan misa perdana untuk menyambut RD. Alfonsus Sombolinggi.


Perayaan Misa Syukur sangat meriah dengan RD. Alfonsus Sombolinggi sendiri sebagai selebran utama didampingi RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto, RD. Thomas Gregorius Slamet Riyadi dan RD. Stefanus Edwin Ticoalu sebagai konselebran. Saat memasuki Gereja, para romo diarak  oleh anak-anak OMK dengan tarian tradisional dari daerah Toraja tempat asal  Romo Alfonsusus. 


Dalam homilinya, Romo Alfonsus mengatakan bahwa: Kita semua pasti sudah merasakan kehilangan dan tentunya merasa sedih dan sakit hati. Hal yang sama juga dirasakan oleh seorang janda seperti dalam  bacaan hari ini, yaitu merasakan  kehilangan  suaminya yang merupakan sumber dari matapencahariannya dan juga kehilangan anaknya yang adalah sumber dari penghiburannya. Semua itu berubah ketika Yesus hadir menjumpai janda itu, yang tadi kehilangan sumber penghiburannya dan  akhirnya penghibur  itu muncul kembali. 

Mengapa Yesus melakukan hal itu? Bukan karena Dia mempunyai kemampuan dan memiliki kuasa, tetapi semata-mata karena Dia memiliki hati dan tahu apa yang harus diperbuatNya. Hal ini menjadi pertanyaan kita juga, karena masing-masing  kita memiliki hati tetapi tidak tahu apa yang harus  kita perbuat.  Inilah tantangan kita sebagai seorang Katolik dikala menghadapi berbagai macam kesusahan dan harus memiliki iman yang selaras dengan apa yang diajarkan Yesus hari ini yaitu memiliki hati dan mengetahui  apa yang harus diperbuat. 

Lebih lanjut Romo Alfonsus mengatakan bahwa pilihan hidupnya sebagai seorang iman inilah yang harus  dijalani dan dipegang teguh sampai akhir hayat menjemput. Beliau melakukan hal ini   karena ingin  melayani dan mengatakan “saat ini kalau bukan saya siapa lagi?”


Kepekaan, kepedulian dalam Injil pada hari ini adalah Yesus membangkitkan. Kita tidak bisa membangkitkan orang-orang mati, tetapi kita masih memiliki rasa yang dimiliki oleh Yesus sendiri yaitu rasa  kepedulian kepada sesama kita dan tahu apa yang dapat kita perbuat kepada sesama kita dimapun kita berada. Mampukah kita semua dapat seperti itu? Kalau mampu, lakukan itu.  Demikian Romo Alfonsus mengakhiri homilinya

Selanjutnya dilakukan sambutan-sambutan yang berturut-turut terdiri dari:

Wakil ketua DPP (Bpk. Renaldus Priastian Khiat), sambutan ayahanda Romo Alfonsus (Bpk. Lukas Limbu), sambutan Romo Paroki (RD. Sumardiyo), dan yang terakhir sambutan Romo Alfons sendiri.
1.      Wakil ketua DPP (Bpk. Renaldus Priastian Khiat)
Beliau mengatakan bahwa sesuai dengan moto Romo Alafonsus yaitu “Dipanggil untuk diselamatkan dan menyelamatkan” maka dimanapun beliau berada, kita mohon doanya untuk Gereja Kristus Raja, Serang.  Bapak Renaldus juga berterima kasih kepada  keluarga yang telah hadir disini, karena peran keluargalah yang menjadi kekuatan bagi romo Alfonsus.  Semoga Romo Alfons menjadi gembala yang baik, rendah hati, penuh kasih dan tidak pilih kasih.

2.      Sambutan ayahanda Romo Alfonsus (Bpk. Lukas Limbu)
Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa kami bukan orangtua yang baik bahkan hidup kami biasa-biasa saja dan sederhana  tetapi Tuhan berkenan memilih anak kami untuk menjadi seorang Imam. Ijinkan kami memohon kepada Romo Paroki Kristus Raja-Serang, bapak ibu DPP serta umat Paroki  untuk  berdoa kepada Tuhan  demi panggilan iman anak kami ini agar setia pada panggilannya untuk menjadi imam yang baik, yang bersih serta suci.

3.      Sambutan dari romo Paroki (RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto)
a.                   a.  Bersyukur karena tidak salah pilih  ketika menyeleksi masuk Seminari Tinggi,
b.      Terimakasih kepada kedua orangtua yang menyerahkan putranya untuk menjadi Imam.
    
Umat Paroki Kristus Raja-Serang sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dan juga kepada kedua orangtua Romo Alfons serta adik-adiknya yang telah mengantarkannya sampai ke jenjang penthabisan.

4.      Sambutan Romo Alfons
Romo Alfonsus menceritrakan tentang hal-hal yang memotifasinya untuk menjadi seorang  imam sejak kecil yaitu :
  1.        .       Karena ingin dilihat keren seperti Romo yang mempunyai  sayap seperti Badman,
  2.            Ketika  menjadi misdinar berada pada urutan paling depan  dan berkeinginan untuk        berada pada posisi paling buncit yaitu menjadi Romo dan hari ini  terwujud menurut          kehendakNya,
  3.             Tidak ingin terganggu  tidur saat malam hari karena ketika masih kecil tidur bersama adik-adiknya dan tengah malam pasti ada yang beteriak dan menangis
  4. -         Saat Komuni Romo bisa  makan dan minum dan itu tidak dimarahin oleh bapaknya, dan tidak seperti dirinya yang kalau makan dalam Gereja pasti dimarahin bapaknya

Romo kembali mengatakan bahwa dalam dirinya terdapat banyak cinta  yaitu cinta dari Romo Thomas, Romo Sumardiyo  dan Romo Edwin serta merasa dicintai penuh oleh umat paroki Kristus Raja-Serang sehingga bisa menjadi seorang imam. Ini bukan akhir dari perjalanan panggilan hidupnya dan merasa mungkin diselamatkan dan saatnya mencoba untuk menyelamatkan bersama Dia dengan orang-orang yang dipercayakan.

Setelah perayaan Ekaristi acara dilanjutkan dengan ramah-tamah dan hiburan di gedung Alexander Paroki Kristus Raja-Serang






By. Komsos Paroki Kristus Raja-Serang

Sabtu, 04 Juni 2016

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS DAN KOMUNI PERTAMA DI GEREJA SERANG


Pusat seluruh liturgi dan sakramen adalah Ekaristi. Kristus memberikan diriNya seluruhnya untuk kita manusia yang sangat dicintaiNya. Gereja ingin terus menerus menyadarkan umatnya untuk menghayati makna perayaan Ekaristi dan mengajak kita untuk rajin menyambut Tubuh dan Darah Kristus yang adalah bekal rohani kita mewartakan berita cinta kasih Tuhan kepada semua orang dimana kita berada dan apapun tugas kita.
Minggu, 29 Mai 2016 bertepatan dengan  hari raya Tubuh dan Darah Kristus berlangsung juga penerimaan Komuni pertama dengan peserta sebanyak 212 orang. Sebelum mengikuti Komuni, anak-anak calon penerima komuni I ini mengikuti beberapa rangkaian kegiatan yaitu  pelajaran di kelas, ibadat tobat/pengakuan dosa dan juga diadakannya rekoleksi bagi seluruh orangtua/wali penerima komuni I  yang dihadiri oleh 398 orang dan  dipandu oleh romo Sumardiyo.

Perayaan Ekaristi pada  perayaan ini dipimpin oleh RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto sebagai selebran utama dan didampingi oleh  RD. Thomas Gregorius Slamet Riyadi sebagai konselebran serta Diakon Alfonsus.
Dalam homilinya, romo Sumardiyo menyampaikan bahwa sesudah merayakan hari raya Tritunggal Maha Kudus, pada hari ini Gereja merayakan hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Sebagai anggota Gereja, mari bersama-sama kita mendengarkan sabda Tuhan lewat pewartaan khabar gembira oleh St. Lukas. Kita menghayati akan makna perayaan Ekaristi yaitu makna pemberian pribadi Yesus Kristus dalam rupa Tubuh dan DarahNya.

1.       Para rasul yang sangat realistis;
Artinya para rasul memahami akan keterbatasan pada dirinya. (Melihat banyak orang yang datang mengikuti Yesus, maka mereka memohon kepada Yesus supaya disuruhNya orang-orang banyak itu pergi ke desa terdekat untuk mencari penginapan dan makanan). Tanggapan Yesus, yang juga menjadi permenungan kita adalah  Kamu harus memberi mereka makan.
Jika kita mempunya masalah dan tidak melibatkan Yesus dalam mengatasi masalah tersebut, maka kita akan mengalami kegagalan.
Ditempat lain St. Yohanes mengungkapkan tentang perkawinan di Kana dimana Tuhan Yesus dan bunda Maria turut hadir. Bunda Maria meminta Yesus untuk melakukan sesuatu dan Yesus mengubah air menjadi Anggur.

Kita harus melibatkan 2 pribadi ini (Bunda Maria dan Yesus) dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidup ini. Bunda Maria mempunya kepekaan yang luar biasa. Bunda Maria sangat mengenal siapa Yesus Putranya dan bahkan dia mengatakan kepada para pelayan “apa yang dikatakan Yesus, lakukan”, yaitu diperintahkan kepada mereka untuk mengisi tempayan-tempayan dengan air dan air tersebut berubah menjadi Anggur.

Demikian juga terjadi pada kehidupan kita, dimana harus adanya kepasrahan yang luar biasa. Bagaimana mungkin dengan keterbatasan, kita dapat mewujudkan kerajaan Allah? Jika kita melibatkan Yesus, niscaya Gereja akan mampu mewujudnyatakan.

Kita sebagai anggota  Gereja Kristus juga diharapkan untuk peduli dan bertanggungjawab kepada saudara-saudari kita yang ada diluar komunitas kita.
Salah satunya adalah umat Katolik harus tersentuh untuk mendonorkan darahnya di bulan Ramadan.

2.       Dalam melakukan mujizat, Tuhan Yesus tidak bekerja sendirian tetapi  bekerja bersama dengan para murid.
Begitu juga Gereja dalam mewartakan kerajaan Allah membutuhkan kehadiran saudara dan saudari.

3.       Berkaitan dengan anak-anak yang akan menerima Tubuh dan Darah Kristus.
Anal-anak harus yakin bahwa saat konsekrasi (Hosti yang diangkat romo) seketika itu juga  akan berubah menjadi Tubuh Kristus. Demikian Juga piala yang berisi anggur ketika itu juga berubah menjadi Darah Kristus. Tidak semua orang yakin bahwa hosti itu betul-betul tubuh Kristus dan anggur itulah darah Kristus. Oleh karena itu, diawal perjalanan hidup mereka sebagai anggota Kristus, perlu pendampingan melalui bapak ibu guru, pengajar dan juga orang tua.  Perlu kita kenangkan kembali Yesus Kristus dalam Ekaristi tetap menjadi sudut pandang, jangan sebagai simbol.

 Sebelum mengakhiri homilinya romo Sumardiyo menyimpulkan bahawa:
Setiap kita mengenang Yesus dalam perayaan Ekaristi, kita membuka hati terhadap Karya Roh Kudus dan membiarkan Putranya sendiri (Yesus Kristus) memecahkan karya keselamatan hidup menggereja. Gereja harus berani mengambil resiko dengan berangkat dari keterbatasan, sehingga dengan melibatkan Kristus sendiri yang mengutus kita, niscaya kita mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kita bahkan pekerjaan yang luar biasa.


Acara ditutup dengan sambutan-sambutan yaitu:

1. Ketua panitia (Bpk. Benediktus A. Arismansyah)

Anak-anak memasuki kehidupan iman yang baru menerima Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa Roti dan Anggur suci untuk yang pertama kalinya. Peristiwa ini bisa terwujut karena adanya partisipasi yang baik antara orangtua/wali yang selalu menemani dan mendampingi putra putrinya mulai dari saat mengikuti pelajaran persiapan komuni sampai penerimaan komuni saat ini, juga peran serta bapak ibu dan para pengajar yang dengan sabar dan tulus mendampingi anak-anak. Juga peran serta seluruh panitia  dalam meyiapkan acara ini. Kita sangat bahagia karena mengadakan babtisan baru sebanyak 212 anak dari 20 lingkungan (3 wilayah) .

Rangkaian persiapan mulai pelajaran dikelas, ibadat tobat/pengakuan dosa dan anak anak beserta orang tua bernovena pribadi selama  3 hari beturut-turut dan sampai pada hari ini kita boleh menerima Tubuh dan Darah Yesus. Sebelum menerima komuni I, para orangtua/wali penerima komuni I telah mengadakan rekoleksi pada 15 Mei yang bertempat di gedung Alexander dan dihadiri oleh 398 orang. Acara ini dipandu langsung oleh romo Sumardiyo.
Diharapkan keluarga-kleuarga Kristiani menjadi pusat iman yang hidup dan tempat belajar beriman kepada Allah dan Kristus yang telah menyerahkan tubuh dan darahNya untuk menebus dosa-dosa kita. Semoga anak-anak kita smakin tumbuh imannya dan senantiasa merinduhkan kehadiran Tuhan Yesus dalam perayaan Ekaristi Kudus.

2.  Sambutan wakil DPP (Bpk.  Renaldus Priastian Khiat)

Selamat merayakan hari raya tubuh dan darah Yesus Kristus. Hari ini kita meyaksikan adik-adik kita menerima komuni pertama.  Gereja mengharapkan kepada yang baru menerima komuni I untuk ikut terlibat dalam kegiatan lingkungan masing-masing.

3.  Sambutan Romo paroki (RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto)


Babtisan baru sebanyak 212 orang. Harapan romo agar bapak ibu harus mendampingi mereka supaya jumlahnya menjadi 424, dan semuanya akan berjumlah 636. Seperti pada Yohanes 6:3-6. Banyak orang akhirnya mencari Yesus di Kapernaun karena terkagum-kagum karena Yesus menyembuhkan banyak orang.
Anak-anak ini menjadi Tabernakel hidup sehingga harus dijaga dan jangan sampai mereka menodai atau dinodai oleh apapun. Mari kita mendorong dan memberikan semangat supaya mereka bisa mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja, berbagi kasih, berbuat baik dan berani berbagi kepada saudara-saudara yang membutuhkan

By.   Komsos Paroko Kristus Raja-Serang









Kamis, 12 Mei 2016

PERAYAAN HARI KOMUNIKASI SEDUNIA “ALA” ANAK-ANAK BIA-BIR SE DEKANAT BARAT


 Tema hari Komunikasi Sosial Sedunia 2016 adalah “Komunikasi dan Kerahiman: Perjumpaan yang Memerdekakan. Paus Fransiskus mengungkapkan “Apa yang kita katakan dan cara kita mengatakannya,  setiap kata dan sikap kita, harus mengungkapkan kemurahan, kelembutan, dan pengampunan Allah bagi semua orang. Kasih, pada hakikatnya, adalah komunikasi; kasih mengarah kepada keterbukaan dan kesediaan untuk berbagi. Jika hati dan tindakan kita diilhami oleh kasih insani dan ilahi, maka komunikasi kita akan disentuh oleh kuasa Allah sendiri.” Untuk melaksanakan hal tersebut, perlu tindakan konkret. Setiap pribadi harus mampu mengungkapkan pernyataan kasih dalam situasi apapun dan dimana pun berada, meskipun hal tersebut seringkali membuat hati dan diri kita sakit dan terluka.
 Menanggapi seruan dari bapak Paus tersebut, uskup Bogor bapak  Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, mengajak umat untuk mendalami Tema Keuskupan “Mengkomunikasikan Kerahiman Allah Secara KonkritBapak Uskup secara khusus mengajak keluarga-keluarga di Keuskupan Bogor untuk bersama para gembalanya di paroki-paroki serta dalam komunitas tertentu, untuk senantiasa mengingatkan dan menguatkan akan kebersamaan hidup dengan landasan kasih yang konkret. Janganlah hanya sekadar mengajarkan kasih jika tidak mampu mewujudkannya. Kita diajak menjadi misionaris kerahiman, maka wujudnyatakanlah dalam hidup sehari-hari.


Dalam rangka memperingati hari Komunikasi sedunia yang ke 50 ini, para pembimbing BIA-BIR Dekanat Barat keuskupan Bogor yang meliputi Paroki Kristus Raja,Serang dan Paroki Santa Maria tak bernoda, Rangkasbitung  mengadakan acara bersama bertempat di Gua Maria Bukit Kanada, Rangkasbitung dengan mengusung tema “Ada Sukacita dan Kasih dalam Persaudaraan Anak-anak Kristus”


Acara dimulai dengan Jalan Salib.  Anak-anak begitu   antusias mengikuti acara Jalan Salib yang dipandu oleh para pembimbingnya.
Setelah Jalan Salib acara  dilanjutkan dengan Misa Kudus di kapel Gua Maria Bukit Kanada yang dipersembahkan oleh RD. Antonius Garbito Pamboaji.  Dalam Homilinya Romo Garbito berpesan akan pentingnya  berdoa dimana hal ini sejalan  dengan pesan Bapa Paus Fransiskus, dalam minggu komunikas.  Berdoa terutama bagi orang orang terdekat dengan kita yaitu para guru dan pembimbing, para pemimpin,  orang orang  yang kita cintai dan tentunya untuk diri kita sendiri.
Setelah perayaan Ekaristi, acara dilanjutkan dengan makan siang bersama dan hiburan berupa game dan kuiz. Dalam game ini anak anak dibagi dalam beberapa kelompok secara acak. Tentunya acara ini sangat menarik karena pemenangnya akan mendapatkan hadiah dari romo Sumardiyo dan romo Edwin berupa Rosario dari Yerusalem dan Loudres.

Sebagai akhir dari acara ini diadakan foto bersama dan sayonara.